Puisi Pendek Tentang Hujan Malam Dingin
Puisi Pendek Tentang Hujan Malam Dingin |
Puisi pendek tentang hujan malam dingin ialah sebuah kreasi sastra yang terlilit oleh irama, rima dan baris, dan memakai bahasa penuh arti dan cantik.
Tetapi pada perubahannya, puisi kekinian tidak selamanya terlilit bait, jumlah baris dan sajak dalam penulisannya, hingga disebutkan puisi bebas.
Berikut ialah kelompok puisi hujan pendek dan panjang yang dihimpun mencakup perasaan sedih, cinta, keelokan, musibah alam, kenyamanan dan sebagainya dari beragam sumber dan bisa menjadi rekomendasi dalam pelajari seni berpuisi, diantaranya:
Puisi Sapardi djoko Damono Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Oleh Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono
Kamu dan Hujan
Saya anggap, senja tak bisa menjadi cantik karena saya tak menyaksikannya
Saya anggap, pelangipun tak akan warna karena saya tahu hanya tinta hitam legam dalam penglihatan
Dan saya menduga, dawai hujan akan ternada
Apa kau tahu, apakah itu hujan?
Hujan berikut yang mengirimmu melalui suara rintiknya
Demikian menentramkan dan menyalurkan melodi dalam nadi ini entahlah bagaimana triknya
Yang saya tahu jika tanpamu, hujanpun malas jatuhkan rintiknya
Pacarku, apa betul namamu yang dibawa rintik hujan saat itu?
Bila iya, karena itu kehadiranmu pecahkan semua prediksi yang meresahkan
Yang sekarang menjadikanku bisa menyaksikan senja yang demikian cantik
Menjadikanku bisa menukar tinta hitam yang legam itu, yang membuat jadi warna sampai membuatku candu
Karena itu saya cuma ingin kamu masih tetap memberikanku melodi anggun ini
Jangan sampai kamu memberikan melodi arogan kepadaku karena saya menyukaimu
Mengenai Hujan
Lalu, apa katamu mengenai hujan? Buatku hujan itu satu karunia di mana kita dapat rasakan satu kehangatan terselinap
Hujan itu satu rasa sukur atas semua deraan air yang mengusap panas
Sebagai nikmat tak berbuntut dari si pembuat
Hujan itu sebuah penjaga rahasia di mana kita dapat menangis dibalik hujan
Berteriak dibalik semua deru hujan tebak
Hujan itu sebuah simphoni di mana nada-nada yang berkaitan selalu berkaitan
Dan selalu memiliki irama untuk menjadikan sebuah lagu antara titik-titiknya
Hujan itu sebuah lukisan di mana bumi jadi kanvasnya dengan tetes untuk tetes air hujan yang tetap mengucur jadikan satu sisa antara tanah-tanah yang terhimpit
Hujan itu sebuah masa lalu di mana setiap air untuk air yang mengucur
Selalu memunculkan sisa dan kadang sisa itu jadi sebuah genangan atau lenyap demikian saja
Hujan itu sebuah keserasian di mana saat kemarau tiba, selanjutnya hujan yang menebak akan mempersejuk kembali
Hujan sebuah pertalian cinta di mana dua sejoli yang sedang basah di derasnya hujan jadikan payung mereka untuk berlindung antara tetesannya
Tersebut hujan…
Di mana tiap individu dapat rasakan makna cintanya
Setetes Masa lalu Hujan
Dahulu
Saat semburat merah jingga yang cantik
Saat gumpalan kapas gelap bersanding bersama cakrawala
Tetes kehidupan jatuh serempak
Membombardir beberapa ribu km tempat
Impresi menguap di atas tanah
Terlarut bersama aroma hujan
Di bawah rintik-rintik nikmat Tuhan
Terpasang manis cantiknya janji masa datang
Penuai kebahagiaan semu berselimut basah
Sekarang
Harus beradu dengan nestapa
Memandang ajakan nista yang menyayat jiwa
Menyerang sampai kangen menyodok keluar
Dengan 1 tarikan napas gusar.
Saat Hujan
Berteriaklah di muka air terjun tinggi debam suaranya memekakan telinga
Supaya tidak ada yang mengetahui kau sedang berteriak
Berlarilah di tengah-tengah padang ilalang tinggi
Puncak-pucuknya semakin tinggi dari kepala supaya tidak ada yang mengetahui kau sedang lari
Termenunglah di tengah-tengah senyapnya pagi
Yang kicau burungpun lenyap entahlah ke mana supaya tidak paham kau sedang tercenung
Dan menangislah di tengah-tengah hujan yang lebat
Supaya tidak ada orang tahu jika kau sedang menangis
Hati ialah hati
Tidak dibagi, tidak dikisahkan, tidak dikatakan ia masih tetap hati
Jadi Hujan
Beberapa orang dewasa itu aneh
Mereka ngomong menyenangi hujan tapi berlindung di bawah payung
Berlindung di bawah atap bahkan juga pada mereka mencaci hujan karena sudah membasahi pakaian mereka
Mereka tidak betul-betul menyenangi hujan, cuma mulutnya saja tapi perbuatannya tidak
Mereka cuma cari kehebohan atau cuma sedang jual romantisme
Kenyataannya, mereka menyesali hujan yang tak segera surut dan membuat mendung situasi sekitaran
Sayang, rasa cinta mereka pada hujan cuma hanya kata
Menyukai hujan cuma hanya kalimat di status sosial media
Cuma jadi photo untuk memberikan dukungan kesenduannya
Saya rasa, kita tidak pahami hujan terkecuali jadi hujan tersebut
Bagaimana bila kadang-kadang kita dengar kata orang jika mereka menyenangi kita
Walau sebenarnya ada di belakang kita, mereka tidak begitu
Bila hujan mempunyai hati, mungkinkan hujan akan rasakan apa yang telah kita alami
Puisi Hujan dan Namamu
Lagu lagu dekap lirih romansa jiwa
Pikiran menegur raut muka yang hampir terbenam
Dalam lautan mimpi si penghirup malam
Menantang hujan, mereguk tapak jejak tanpa nama dunia
Ia yang coba membaca arah
Dalam gelap, panggil sinar yang terselinap dibalik aksara
Berdiri dengan sendiri coba mengenali suara kangen
Apa ada ia di situ masih terdiam memandang masa lalu
Ke mana kau akan lari
Melepaskan pagi dan coba memutar mentari
Apalah kau masih lelap dan terus mimpi
Menyembah cinta tanpa rasa haus duniawi
Walau cedera coba menghindari diri kamu dari perputaran waktu masa lampau
Bulan di situ masih rindukanmu
Untuk kembali kepadanya, tanpa hapus tangisan hujan di mukamu.
Hujan Hari Ini
Untuk beberapa orang, kemungkinan hujan beberapa kumpulan pasukan air yang jatuh dari langit
Tetapi buatku, hujan ialah sepotong cerita yang mengikatku pada suatu masa lalu masa lampau dan membawaku pada keelokan ini hari
Hatiku memang terlilit ke hujan walau dalam jelas saya dapat berasa dapat terang saat melihat cantiknya kota yang nasibnya sama sepertiku
Ya, terlilit pada hujan karena tak selama-lamanya hujan bawa sendu di bawah gelapnya mendung
Buatku, hujan selalu tiba bersama keberkahan
Ia pergi mewariskan teduh dan jadikan kehangatan sebagai hati prima dengan dia yang tuhan pilihkan sebagai pacar
Hujan dan Masa lalu
Hujan ini turun kembali yang beberapa kali mengingatiku mengenai rintik masalah saat yang sedetik
Saat hujan ini turun kembali dari kata yang kau namakan puisi
Namamu, namaku, mengenai cinta yang sempat berkunjung
Kira saja hujan ini ialah masa lalu
Walau rintik yang sedetik tetapi sanggup mengingati
Kangen Bersama Hujan
Saat tangan telah tak sanggup mencapainya
Dan saat bibir tidak sanggup ucapkan kalimat
Disanalah saya berlindung, saat hujan deras membasahi badanku
Tetapi, tidak ku diamkan hujan membasahi badanmu
Di sini saya rindu,
Rindukanmu yang setiap tiba bersama hujan
Lamban haripun berakhir hingga memaksakanku untuk melupakanmu
Sehari, 2 hari, sampai beberapa hari selanjutnya yang terlintasi
Menjadikan Saya Hujan
Menjadikan saya hujan
Akan kulukis cerita dengan muara air
Akan kubuatkan bendungan yang disanggupi cinta
Akan kupenuhi jiwamu dengan rintiknya kangen
Ajari saya jadi hujan
Supaya saya dapat menyembuhkan hausmu
Haus akan dentuman kangen
Menyalurkan kesejukan pada badanmu yang basah
Izinkan saya jadi hujan
Saya ingin sembahkan musik dengan jatuhnya saya
Membuat alunan pada dinginnya cintamu
Tetapi, ini janjiku
Tak ada petir yang membuat kamu tidak suka akan diriku
Sukai Hujan
Saya sukai hujan
Walau riyuh tapi menentramkan
Baunya yang unik sering saya kangenin
Tetapi hujan sukai sekali bawa masa lalu lewat dibenak
Hujan menyajikan masa lalu pada tempat tinggal dan itu sering
Memang menjengkelkan, saya harus menelan masa lalu berkali-kali
Saya benar-benar capek bila harus mengingati masa lalu dengan situasi yang sedu
Bila saja masa lalu dapat diputuskan untuk berjumpa, karena itu saya akan pilih masa lalu yang hendak membahagiakanku
Bukan masa lalu yang tiba untuk membuatku terpikir dengan cedera
Apa Berita Hujan
Hujan, apa kabarnya?
Malam hari ini saat kau datang saat itu juga membawaku dalam dimensi lain
Kau mengajak setumpuk masa lalu turun bersamamu untuk mendekatiku
Waktu itu saya sedang cedera dan kaulah yang setia temaniku
Hujan, kau ingat isak tangisku malam itu?
Ku katakan semua padamu dan kau taruh baik ceritaku sampai ini hari
Hujan, kaulah saksi begitu kuatnya saya waktu itu
Sampai ini hari saya dapat berdiri dengan tegak
Terima kasih selalu untuk menyejukan hatiku
Puisi Hujan Datangkan Cinta
Awalannya, hujan buatku sekadar narasi sendu
Lantas ada tangis yang sama mengguyuri
Berasa melodi yang dimainkan demikian mengiris hati
Mengundang kegetiran akan periode laluku yang pilu
Tetapi, rupanya hujan mendatangkan cinta
Seperti bulirnya yang jatuh ke kepala tanaman dengan kasih-sayang, tetapi juga menghajar
Sekarang saya belajar, jika cinta tiba dengan unik dan classic
Mendadak tiba tanpa aba-aba untuk siapa dan tanpa argumen untuk mengutarakan
Yang terang, cinta datang secara berlainan serta lebih prima karena itu
Memory Tetes Hujan
Satu helai daun hijau panjang
Tutupi mahkota dari derasnya hujan
Ke arah tempat lautan pengetahuan
Sekian tahun yang lalu
Saat saya duduk di kursi Sekolah Dasar
Memory daun pisang jadi bait cerita haru
Menimpa cerita pada musim penghujan
Basah?
Ayah, derasnya hujan menimpa badanmu
Sekalian menggigil kau pegang tanganku
Terang kelihatan dari tangan kerutanmu
Membimbingku di bawah derasnya hujan
Daun pisang memahat cerita haru
Buat masa lalu cantik tak terhingga
Di antara saya, ayah, dan hujan
Terjerat Hujan
Pada intinya ia tiba untuk memberikan berita
Walau sebenarnya kenyataannya cuma memberikan hati yang sulit
Saya terjerat dalam hujan yang tidak diharap
Minta kangen tapi cuma dikasih sendu dan pilu
Menambatkan karang sampai tidak terurus
Seakan tidak ada sebatang kayu yang saya capai
Terima kasih atas kehanyutannya yang kau timpakan
Menghempasku sampai terlontar ke dasar jurang
Dan hujan ini kali ada yang lain
Di mana kedinginan ialah selimut terhangat untuk jiwaku yang salah jalan
Puisi Hujan dan Pelangi
Ini hari hujan tiba benar-benar deras
Tetapi tidak ada pelangi
Kenapa belakangan ini saya kerap memikirkan diriku ialah hujan
Dan kamu ialah pelangi
Iya, saya ialah hujan yang deras yang selalu jatuh berulang-kali tanpa perduli berapa sakitnya yang ku alami
Dan kamu sebagai pelangi yang selalu dinanti saat hujan surut
Pelangi memang cantik, tapi hadirnya cuma beberapa waktu saja
Seperti tersebut saya dan kamu seperti hujan dan pelangi yang selalu terkait tanpa kepastian
Namaku Hujan, Bukan Air Mata
Namaku hujan, bukan air mata
Menjauh bukan kasus kekalahan
Jatuhkan diri pada hati yang resah
Bukanku bersikukuh beralih kalah angan
Tetapi, afeksi masa lampau membalut curam cara
Jujur saja, saya tak ingin bersandiwara
Saya tak kembali menangis karena saya bukan hujan
Walau lembut membasahi jagat semesta
Tetapi kenapa hujan terumuskan duka cita
Terjerat masa lalu dalam salju memory mesra
Dan entahlah kenapa muka ceriaku seakan lupa langkah berbahagia
Kenyataannya memang betul jika cinta itu buta
Gejolak hati melawan pemikiran
Seperti bentrokh menjaga diri
Tetapi bukankan sekarang bahasa cinta yang berperanan?
Karena jauh sesudahnya rasa itu sudah pupus kekal
Musim Hujan Berselimut Duka
Serangkaian kata khususun jadi aksara
Menceritakan mengenai musim hujan berselimut duka
Di mana senja tak kembali jingga
DI mana mentari malas memperlihatkan muka
Saat itu, langit menangis berlinang air mata
Guntur beretorika tidak dapat ucapkan sepatah kata
Indonesia bersedih
Bapak pluralisme bangsa sudah tidak ada
Air Mata Langit
Duka semesta tak sanggup kembali meredam tangis
Raungan pecah mencengangkan pertiwi lelap
Teramat dalam duka cita dia tanggung tak terdiri
Demikian pahami mengenai cerminan hati
Masa lalu datang seperti potongan film yang tiba random
Kadang-kadang senyuman tersungging
Ganti air mata deras mengucur
Mencengangkan lamunan meremas dada terkeloyak
Satu massa tumbuh cepat menutup saluran udara
Sesak dan sakit seperti ingin pecahkan paru-paru
Dingin hujan sebeku hatiku
Memory tiba silih ganti tak izinkan istirahat
Semampu apa saya meredam?
Sepanjang hujan turun pada bulan Juli
Air langit tak sentuh bumi, kurasa
Jatuh berhamburan menghujan lempeng ke hatiku
Masa lalu dipaksakan masuk tanpa penyaringan
Temparan-tamparan duka cita menghancurkan ketegasan
Kuat, hatiku kuat
Air hujan memberikan penghidupan
Bisikku menentramkan
Baca juga; Puisi Sumpah Pemuda 3 Bait 4 Baris
Pengingat Perih
Terpenjara dalam sunyi hujan tak izinkan saya pergi
Sendiri kuamati tiap inchi sarang pelabuhan dalam pengisolasian
Biarkan angganku liar cari sisi asyik untuk diingat kembali
Percepat cara saat masa lalu jelek menegur
Tak saya izinkan ia kacaukan damaiku sekarang ini
Cantik sendiri jadi sisi menarik hidup untuk ku rasakan sendiri
Tanpa kenakan kedok kepura-puraan hujan saya jatuh cinta
Bergantung memory terlewatkan penuhi dinding pembatas saya dan hujan
Dingin hujan dia tanggung tanpa berbisik mengiba
Beberapa berkas daya ingat berseliweran tidak dapat kuatur
Minta diprioritaskan untuk dipikir
Siapa ia yang menegur?
Sisi masa lampau nomor 77
Cincin logam mulia jatuh sentuh ujung sepatu
Dilempang pangeran kodok yang sempat saya cium
Bersama hujan ia usaikan
Istana berputri cantik sudah kutemukan, ucapnya
Terbenam
Ariel apa namaku sekarang?
Tenggelam dalam dasar laut nestapa tadi malam
Ekor duyung tak membuat saya sanggup jalan jauh
Hujan tenggelamkan hidupku terpisah, asing
Hari kemarin saya burung bersayap lebar
Terbang rendah menciutkan nyali warga bawah
Awan bersih tempat saya berkunjung
Memandang kerdil bumi saya jauh diatasmu
Duduk di atas singgasana bersama raja
Burung Elang
Kami berkuasa atas langit luas
Untuknya saya madu kembang baru mekar
Ia yang pertama berasa manisnya, ucapnya
Untuknya saya benteng tinggi
Kenyamanan berdima bersama
Saya kepunyaannya selama-lamanya
Ranting ringkih elang menggerakkan jatuh
Hujan turun elang katakan selamat tinggal
Puisi Hujan di Ternate
Kau tumpah kembali di gelasku
dan saya perlu menyeduh
beberapa sisa teh dari cangkirmu
Malam hari ini, saya kembali
merengkuhmu dalam diam
saat sebelum asap rokok mati dari tanganku
Ada gigil mendadak gurih di ruang ini
melejit keluar jendela
dan kau repot membereskan sesak
Terlalu Cantik
Tidak kusuka awalnya, tetapi sekarang berlainan
Mensyukuri tiap sisi yang takdir suguhkan
Akseptasi jadikan lebih dewasa, ku rasa
Hujan… bertahanlah semakin lama
Teman dekat Hujan
Sama-sama beradu saing perlihatkan taring
Garang menghangat dalam dingin siraman hujan
Hujan hanyutkan 100 hari masa lalu dalam diam
Hadirkan jiwa baru penebus gelap masa lampau ku
Daya tarik lain tak pernah terjamah
Mata keinginan akulah arah
Menari Bersama Hujan
Ajakan itu tak pernah dapat saya menampik
Pergolakan hati, bersorak suka
Anggukan kepala kembali perlu, pertanda persetujuan
Sikatan terampil ajak jari beradu
Telusuri rintik hujan selalu cantik bersamamu
Senyuman ialah sisi langit yang selalu biru
Langkahku langkahmu
Hujan kabarkan kasih kita berseru
Subur kesiram karunia langit
Gemulai selaras dengan tabuhan alam
Basah badan dandanan keelokan bagiku
Mata-mata penuh bingung jadi tepok tangan ditelinga bebal kita
Mengapa harus saya pikir masalah mereka
Suka, hujan gabungkan langit dan bumi terpisah jauh
Rayakan kenyamanan mereka
Saya dan kamu menari di bawah hujan
Dunia Baru
Hujan
Luar biasa retakkan kulit bumi demikian kuat
Buka gerbang besi dengan tebal lengan kami penuh pengamanan
Fenomena tiba buat mereka yang tidak mudah menyerah
Mengurangi perlahan-lahan merusak pertahanan
Ia terselinap saya dapatkan
Datang membius, putri menarik molek rupa
Rambutnya saluran sungai tenang bercahaya
Terikat hijau sejukkan panas jiwa
Halus dunia baru mengucapkan terima kasih
Mistis surga baru kepulauan negeriku
Seperti Hujan
Mereka ngomong saya aneh…
Karena saya selalu menanti air turun dari langit
Mereka ngomong saya edan
Karena suka menceritakan pada hujan
Mereka selalu menjauh saat rintik menegur
Sementara saya selalu menyambutnya dengan ria
Kau betul mengenai hujan, ada wewangian tanah yang tersentuh
Dan selalu mengunggah rasa kangen di antara kita
Saya berharap kau tahu pernah lupa pada hujan yang menghadapkan kita
Saat bersama tersenyum melihat langit hitam dan derasnya hujan
Kau sampaikan saya jadi seperti hujan pada malam hari
Atas keinginan dan rinduku pada seorang
Yaaah…
Hujan tak pernah capek turun walau malam
Dan tak juga menginginkan hadirnya pelangi
Puisi Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tegar dari hujan Bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya ke pohon berbunga itu
Tidak ada yang lebih arif dari hujan Bulan Juni
Dihapusnya tapak kaki yang sangsi di jalan itu
Tak ada yang lebih bijak dari hujan Bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terkatakan diserap akar pohon bunga itu
Puisi Hujan
Pada hujan yang hadirnya bising
Saya di sini memperhatikan tiap bulirnya
Dahulu saya mengulas hujan tanpa tahu rasanya kehujanan
Dahulu saya agungkan hujan tanpa tahu gigilnya seperti apakah
Dan dahulu saya menyenangi hujan tanpa tahu ada kangen selipan didalamnya
Saat ini saya nyaris pahami jika hujan untuk dirasa
Bukan hanya disaksikan lalu ditanggapi atas nama cinta
Saat ini saya berani bawa payung yang ucapnya membuat perlindungan dari hujan
Saat ini saya sukai lari dan menyanyi di bawah hujan
Agar ini saja
Agar saya menyanyi, lari sampai hujan jadi surut
Hujan Paling akhir Dalam Daya ingat
Saya sebetulnya tak pernah ikhlas biarkan badanmu dipeluk kemarau
Debu-debu beterbangan mimpi jadi burung
Burung mengemaskan sayapnya menunggu sinar lindap
Sering saya tidak berhasil dekap bayang-bayang yang jemu jalan ada di belakang
Ku pandangi ia, tak ada balasan hidup seperti bertepuk samping tangan
Suara Hujan
Saya selalu menyenangi mata kecilmu
Menenggelamkan diriku lama-lama
Berkaca-kaca dalam bicara
Demikian manis dan memperkuat jiwa
Masih sama dengan dahulu
Kamu sisi hujan terindahku
Dalam daya ingat beberapa tahun itu
Kau ialah bintang terindahku
Yang saya kangenin saat hujan tiba
Kau ialah mimpi terindahku ketika saya capek sesudah hadapi dunia
Tiap hal kecil di diri ini ialah semua tentangmu
Kamu yang ku perjuangkan dengan utuh
Walau diri kamu melalui benar-benar datar
Hujan tetap saja sama jadi cerita bersedih tinggalkan pedih
Masih tetap membekas kenang kembali dalam hati
Saya teriak benar-benar keras di sejauh jalanan kota
Mengharap supaya kau kembali di sini
Meredammu semakin lama saat sebelum hujan pergi
Sebagai sandaranmu saat berlindung
Waktu gerimis makin menderas
Menyeka air mata bersatu dengan hujan
Menyengaja kau menyembunyikan semua dalam hati
Rupanya saya benar-benar bodoh
Saya ialah orang bodoh yang mengerjarmu sepanjang itu
Rupanya saya masih tetap kekanak-kanan tidak ingin usaha pahami mengenai diri kamu
Kurasa saya benar-benar aneh karena menyenangimu
Jujur saja saya benar-benar susah rasakan cinta seseorang selainnya diri kamu
Sampai sekarang ini kau ialah kau ialah argumen duniaku jadi lebih cantik
Biarlah saya terus menyenangimu sampai kau betul-betul jadi punyaku
Puisi Hujan Malam Ini
Kepergianmu seolah mengambil isi hatiku
Dari kuntum kangen sampai tidak suka kau buat jadi satu
Lalu dengan tenang kamu buang ke bentangan biru
Ya, sebuah lokasi yang tak kemungkinan saya incar
Jika kemungkinan, saya ingin kembali lagi ke periode kita dahulu
Dan mengganti takdir sampai tak mengenali kamu
Dibanding harus cumbu mesra tanpa punyai ragamu, saya dapat apa?
Sejuta sesal tak akan membuat kamu rekah kembali padaku
Saat hujan seperti malam hari ini, sendiriku makin pekat saja
Ia seperti kamu dahulu, makin kuat jika hujan datang
Sendiriku antara kangen dan tidak suka, mengambang tenang antara ke-2 nya
Demikian tenang, sampai rekanan bibir wanita lain seolah tak memiliki makna
Puisi Hujan dan Perjalanan
Hujan datang di tengah-tengah perjalananku
Dia turun seperti papan seluncur pada musim salju
Kedinginanku menyodok antara derasnya
Saya bertahan menanti payungmu
Saya masih menanti payungmu
Sampai saat pelangi mulai tersenyum
Hujanpun menjauh,,,
Dan akan ku teruskan perjalanan ini tanpa perlu sebuah payung
Rintik Kangen Novena
Helai ke enam, kumulai kembali dengan mengingatmu
Mengenai rinduku yang belum tersampaikan
Saat recik-percik gerimis menyapaku
Antara wewangian remahan tanah yang basah
Begitu susahnya itu
Demikian berat meredam lajunya…
Entahlah, di rintik keberapa
Ku ‘kan melafalkan bayangmu
Membahasakan senyumanmu waktu itu
Di sini juga masih berasa sama
Hampa, sama ketersendirian ini
Sampai tak mampu kembali, hatiku meredam keingkaran ini…
Seandainya saja sanggup
Menepis pergerakannya waktu
Seandainya saja waktu itu
Tak bersumpah untuk membencimu
Rintik Hujan
Di bawah rintik hujan saya dengan senang teteskan air mata
Air mata yang tetap mengucur menangisi hal yang tidak lumrah
Entahlah kenapa saya nyaman sekali dengan hujan
Hujan ialah saat yang pas untuk menyampaikan permasalahan
Rintik hujanpun sanggup membuat sejuk hati
Sampai tak berasa air hujanpun turut stop tuliskan saya stop teteskan air mata
Apa hujan ditakdirkan tiba untuk pahami hati orang?
Mudah-mudahan saat angan-anganku yang konyol ini betul-betul realita
Hingga saya tetap mengadu hati ke hujan
Saya mengharap, saat puisi hujan ini saya lontarkan mudah-mudahan hujan ingin jadi temanku
Hujan memang bawa mendung dan membuatku sulit melancong
Tetapi saya suka dengan hujan, air yang membasahi selainnya membuat berbahagia tapi juga membuat saya lupa dengan permasalahan
Permasalahan yang remeh s/d permasalahan yang besar sekalinya
Sampai saya dewasa, saya tetap jadi rekan hujan
Ceritaku dan Hujan
Dalam ayunan cara, yang makin lamban
Dalam helaan napas, yang makin dalam
Dalam desir angan, yang semakin menjauh
Dalam desah hati, yang semakin membiru
Entahlah berharap, entahlah khayal yang dipegang
Entahlah duka, entahlah sukai yang dikecap
Cuma tetes hujan yang memahami
Cuma tetes hujan yang menjawab
Dalam biru yang semakin bersatu
Di derasnya tetes hujan
Tak ada kata yang terkata
Tetapi selaksa arti terjawab
Ceritaku sama dengan hujan
Tiba dan pergi tanpa pamit
mengembuskan harapan dan nestapa
Sampai cuma dingin yang masih ada
Langit Mendung Dua Kota di Pagi Hari
Langit di kota Tapis ini kelihatan gelap
Kelompok awan gelap mulai tutupi langit biru
Apa kabarnya langit di Minggu Baru
Apa masih derai hujan itu
Masihkan cuaca dingin menyerang tulang itu
Apa masih kubangan air di jalan penuh lubang itu
Saya tak tahu beritanya
Langit di Minggu Baru pada pagi hari
Benar-benar saya tak tahu
Mengenai apa yang terjadi di bawah langit Minggu Baru
Apa masih hujan deras itu
Atau mungkin langit hitam menaungi langitnya
Tak ada yang kuingat dengan tentu dan terang
Selainnya diri kamu
Ya, betul-betul tak ada yang kuingat
Selainnya kamu
Selainnya muka manismu
Selainnya ke-2 kelopak mata sipitmu itu
Selainnya cantiknya senyuman di bibirmu
Yang merekah
Warna merah muda
Akankah kau di situ
Melihat langit hitam yang serupa
Melihati awan mendung yang serupa
Atau mungkin langit di ke-2 kota berlainan
Kembali lagi saya tak tahu-menahu
Mengenai apa saja
Kembali kembali saya tak ingat apa saja
Selainnya diri kamu
Selainnya apa yang telah ada kepadamu
pacarku
Saya Kangen Hujan
Saya kangen hujan
di setiap tetesan;
pada matamu
langit keheningan
saya kangen hujan
di setiap recikan;
pada detakmu
deru kesunyian
saya kangen diri kamu
di setiap hujan;
pada namamu
menderas kangen
Saat Rindumu
Rindumu ialah menemu sunyi
seperti gerimis menemui tangis
sama puisi;
sebait kata dalam tubuh sepi
dirinya
rindumu ialah menemu sunyi
seperti detak pada tubuh sajak
sama bunyi;
rima yang tak henti-henti
menyeru namanya sendiri
Simfoni Hujan
Hujan
Saat kau tiba
Deru lembut yang keras
Suaramu seperti nada-nada dan Irama yang disimfonikan
Hujan
Teruslah di sini
Temani daun yang merunduk
Hias alam awal dengan warna jernihmu
Sampai alunan rintik-rintik
Pancarkan keelokan
Hujan
Datangmu menarik
Menggoyangkan jiwa individu
Saat dentingan manja kau pancarkan
Demikian puisi pendek tentang hujan malam dingin yang bisa kalian bacakan untuk menyambut musim hujan.
Post a Comment for "Puisi Pendek Tentang Hujan Malam Dingin"