Puisi Pendek Tentang Hujan Malam Dingin

Puisi Tentang Hujan, Puisi Tentang Hujan Dan Rindu, Puisi Pendek Hujan, Puisi Hujan Singkat, Hujan Puisi, Puisi Hujan Di Pagi Hari, Puisi Hujan Romantis, Puisi Tentang Hujan 3 Bait, Puisi Hujan Malam, Puisi Tentang Hujan 5 Bait, Contoh Puisi Tentang Hujan, Puisi Hujan Islami, Puisi Tema Hujan, Puisi Hujan Di Malam Hari, Puisi Hujan Dan Rindu, Puisi Musim Hujan, Puisi Hujan Turun, Puisi Tentang Hujan 1 Bait, Puisi Tentang Hujan 4 Bait, Puisi Walau Hujan, Puisi Kuhentikan Hujan,Puisi Tentang Kopi Dan Hujan, Puisi Kopi Dan Hujan, Puisi Tere Liye Hujan, Puisi Hujan Deras, Puisi Tentang Cuaca Hujan, Kumpulan Puisi Tentang Hujan, Puisi Hujan Desember, Puisi Hujan Rintik Rintik, Puisi Romantis Saat Hujan, Sajak Hujan, Sajak Hujan Dan Kopi, Sajak Hujan Twitter, Sajak Pendek Hujan, Sajak Hujan Singkat, Sajak Hujan Di Pagi Hari, Puisi Hujan Bulan Juni, Hujan Bulan Juni Puisi, Tema Puisi Hujan Bulan Juni, Puisi Hujan Di Bulan Juni, Jelaskan Tema Dari Puisi Hujan Bulan Juni, Puisi Bulan Juni, Hujan Di Bulan Juni Puisi, Puisi Di Bulan Juni, Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni, Puisi Hujan Bulan Juli, Cara Membaca Puisi Hujan Bulan Juni, Puisi Hujan Bulan Januari, Puisi Film Hujan Bulan Juni, Puisi Hujan Di Bulan FebruariKamu dan Hujan, Tentang Hujan, Setetes Kenangan Hujan, Saat Hujan, Menjadi Hujan, Puisi Hujan dan Namamu, Hujan Hari Ini, Hujan dan Kenangan, Rindu Bersama Hujan, Jadikan Aku Hujan, Suka Hujan, Apa Kabar Hujan, Puisi Hujan Hadirkan Cinta, Memori Tetesan Hujan, Terjebak Hujan, Puisi Hujan dan Pelangi, Namaku Hujan, Bukan Air Mata, Musim Hujan Berselimut Duka, Air Mata Langit, Pengingat Perih, Tenggelam, Burung Elang, Puisi Hujan di Ternate, Terlampau Indah, Sahabat Hujan, Menari Bersama Hujan, Dunia Baru, Seperti Hujan, Puisi Hujan Bulan Juni, Puisi Hujan, Hujan Terakhir Dalam Ingatan, Suara Hujan, Puisi Hujan Malam Ini, Puisi Hujan dan Perjalanan, Rintik Rindu Novena, Rintik Hujan, Kisahku dan Hujan, Langit Mendung Dua Kota di Pagi Hari, Aku Rindu Hujan, Saat Merindumu, Simfoni Hujan, Puisi Sapardi Djoko Damono Hujan Bulan Juni, Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono, Puisi Pak Sapardi Hujan Bulan Juni, Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono Pdf, Puisi Sapardi Djoko Damono Pdf, Puisi Sapardi Hujan Bulan Juni, Puisi Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono, Puisi Sapardi Djoko Damono Hujan Di Bulan Juni, Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono Hujan Bulan Juni, Hujan Bulan Juni Puisi Sapardi Djoko Damono,,
Puisi Pendek Tentang Hujan Malam Dingin
Puisi mengenai hujan menjadi media pernyataan hati yang dirasakan penulisnya. Misalkan sebagai wakil rasa kangen, duka cita dan masa lalu.

Puisi pendek tentang hujan malam dingin ialah sebuah kreasi sastra yang terlilit oleh irama, rima dan baris, dan memakai bahasa penuh arti dan cantik. 

Tetapi pada perubahannya, puisi kekinian tidak selamanya terlilit bait, jumlah baris dan sajak dalam penulisannya, hingga disebutkan puisi bebas.

Berikut ialah kelompok puisi hujan pendek dan panjang yang dihimpun mencakup perasaan sedih, cinta, keelokan, musibah alam, kenyamanan dan sebagainya dari beragam sumber dan bisa menjadi rekomendasi dalam pelajari seni berpuisi, diantaranya:

Puisi Sapardi djoko Damono Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak

dari hujan bulan Juni

Dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu

Oleh Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono

Kamu dan Hujan

Saya anggap, senja tak bisa menjadi cantik karena saya tak menyaksikannya

Saya anggap, pelangipun tak akan warna karena saya tahu hanya tinta hitam legam dalam penglihatan

Dan saya menduga, dawai hujan akan ternada

Apa kau tahu, apakah itu hujan?

Hujan berikut yang mengirimmu melalui suara rintiknya

Demikian menentramkan dan menyalurkan melodi dalam nadi ini entahlah bagaimana triknya

Yang saya tahu jika tanpamu, hujanpun malas jatuhkan rintiknya

Pacarku, apa betul namamu yang dibawa rintik hujan saat itu?

Bila iya, karena itu kehadiranmu pecahkan semua prediksi yang meresahkan

Yang sekarang menjadikanku bisa menyaksikan senja yang demikian cantik

Menjadikanku bisa menukar tinta hitam yang legam itu, yang membuat jadi warna sampai membuatku candu

Karena itu saya cuma ingin kamu masih tetap memberikanku melodi anggun ini

Jangan sampai kamu memberikan melodi arogan kepadaku karena saya menyukaimu

Mengenai Hujan 

Lalu, apa katamu mengenai hujan? Buatku hujan itu satu karunia di mana kita dapat rasakan satu kehangatan terselinap

Hujan itu satu rasa sukur atas semua deraan air yang mengusap panas

Sebagai nikmat tak berbuntut dari si pembuat

Hujan itu sebuah penjaga rahasia di mana kita dapat menangis dibalik hujan

Berteriak dibalik semua deru hujan tebak

Hujan itu sebuah simphoni di mana nada-nada yang berkaitan selalu berkaitan

Dan selalu memiliki irama untuk menjadikan sebuah lagu antara titik-titiknya

Hujan itu sebuah lukisan di mana bumi jadi kanvasnya dengan tetes untuk tetes air hujan yang tetap mengucur jadikan satu sisa antara tanah-tanah yang terhimpit

Hujan itu sebuah masa lalu di mana setiap air untuk air yang mengucur

Selalu memunculkan sisa dan kadang sisa itu jadi sebuah genangan atau lenyap demikian saja

Hujan itu sebuah keserasian di mana saat kemarau tiba, selanjutnya hujan yang menebak akan mempersejuk kembali

Hujan sebuah pertalian cinta di mana dua sejoli yang sedang basah di derasnya hujan jadikan payung mereka untuk berlindung antara tetesannya

Tersebut hujan…

Di mana tiap individu dapat rasakan makna cintanya

Setetes Masa lalu Hujan 

Dahulu

Saat semburat merah jingga yang cantik

Saat gumpalan kapas gelap bersanding bersama cakrawala

Tetes kehidupan jatuh serempak

Membombardir beberapa ribu km tempat

Impresi menguap di atas tanah

Terlarut bersama aroma hujan

Di bawah rintik-rintik nikmat Tuhan

Terpasang manis cantiknya janji masa datang

Penuai kebahagiaan semu berselimut basah

Sekarang

Harus beradu dengan nestapa

Memandang ajakan nista yang menyayat jiwa

Menyerang sampai kangen menyodok keluar

Dengan 1 tarikan napas gusar.

Saat Hujan 

Berteriaklah di muka air terjun tinggi debam suaranya memekakan telinga

Supaya tidak ada yang mengetahui kau sedang berteriak

Berlarilah di tengah-tengah padang ilalang tinggi

Puncak-pucuknya semakin tinggi dari kepala supaya tidak ada yang mengetahui kau sedang lari

Termenunglah di tengah-tengah senyapnya pagi

Yang kicau burungpun lenyap entahlah ke mana supaya tidak paham kau sedang tercenung

Dan menangislah di tengah-tengah hujan yang lebat

Supaya tidak ada orang tahu jika kau sedang menangis

Hati ialah hati

Tidak dibagi, tidak dikisahkan, tidak dikatakan ia masih tetap hati

Jadi Hujan 

Beberapa orang dewasa itu aneh

Mereka ngomong menyenangi hujan tapi berlindung di bawah payung

Berlindung di bawah atap bahkan juga pada mereka mencaci hujan karena sudah membasahi pakaian mereka

Mereka tidak betul-betul menyenangi hujan, cuma mulutnya saja tapi perbuatannya tidak

Mereka cuma cari kehebohan atau cuma sedang jual romantisme

Kenyataannya, mereka menyesali hujan yang tak segera surut dan membuat mendung situasi sekitaran

Sayang, rasa cinta mereka pada hujan cuma hanya kata

Menyukai hujan cuma hanya kalimat di status sosial media

Cuma jadi photo untuk memberikan dukungan kesenduannya

Saya rasa, kita tidak pahami hujan terkecuali jadi hujan tersebut

Bagaimana bila kadang-kadang kita dengar kata orang jika mereka menyenangi kita

Walau sebenarnya ada di belakang kita, mereka tidak begitu

Bila hujan mempunyai hati, mungkinkan hujan akan rasakan apa yang telah kita alami

Puisi Hujan dan Namamu 

Lagu lagu dekap lirih romansa jiwa

Pikiran menegur raut muka yang hampir terbenam

Dalam lautan mimpi si penghirup malam

Menantang hujan, mereguk tapak jejak tanpa nama dunia

Ia yang coba membaca arah

Dalam gelap, panggil sinar yang terselinap dibalik aksara

Berdiri dengan sendiri coba mengenali suara kangen

Apa ada ia di situ masih terdiam memandang masa lalu

Ke mana kau akan lari

Melepaskan pagi dan coba memutar mentari

Apalah kau masih lelap dan terus mimpi

Menyembah cinta tanpa rasa haus duniawi

Walau cedera coba menghindari diri kamu dari perputaran waktu masa lampau

Bulan di situ masih rindukanmu

Untuk kembali kepadanya, tanpa hapus tangisan hujan di mukamu.

Hujan Hari Ini 

Untuk beberapa orang, kemungkinan hujan beberapa kumpulan pasukan air yang jatuh dari langit

Tetapi buatku, hujan ialah sepotong cerita yang mengikatku pada suatu masa lalu masa lampau dan membawaku pada keelokan ini hari

Hatiku memang terlilit ke hujan walau dalam jelas saya dapat berasa dapat terang saat melihat cantiknya kota yang nasibnya sama sepertiku

Ya, terlilit pada hujan karena tak selama-lamanya hujan bawa sendu di bawah gelapnya mendung

Buatku, hujan selalu tiba bersama keberkahan

Ia pergi mewariskan teduh dan jadikan kehangatan sebagai hati prima dengan dia yang tuhan pilihkan sebagai pacar

Hujan dan Masa lalu 

Hujan ini turun kembali yang beberapa kali mengingatiku mengenai rintik masalah saat yang sedetik

Saat hujan ini turun kembali dari kata yang kau namakan puisi

Namamu, namaku, mengenai cinta yang sempat berkunjung

Kira saja hujan ini ialah masa lalu

Walau rintik yang sedetik tetapi sanggup mengingati

Kangen Bersama Hujan 

Saat tangan telah tak sanggup mencapainya

Dan saat bibir tidak sanggup ucapkan kalimat

Disanalah saya berlindung, saat hujan deras membasahi badanku

Tetapi, tidak ku diamkan hujan membasahi badanmu

Di sini saya rindu,

Rindukanmu yang setiap tiba bersama hujan

Lamban haripun berakhir hingga memaksakanku untuk melupakanmu

Sehari, 2 hari, sampai beberapa hari selanjutnya yang terlintasi

Menjadikan Saya Hujan 

Menjadikan saya hujan

Akan kulukis cerita dengan muara air

Akan kubuatkan bendungan yang disanggupi cinta

Akan kupenuhi jiwamu dengan rintiknya kangen

Ajari saya jadi hujan

Supaya saya dapat menyembuhkan hausmu

Haus akan dentuman kangen

Menyalurkan kesejukan pada badanmu yang basah

Izinkan saya jadi hujan

Saya ingin sembahkan musik dengan jatuhnya saya

Membuat alunan pada dinginnya cintamu

Tetapi, ini janjiku

Tak ada petir yang membuat kamu tidak suka akan diriku

Sukai Hujan

Saya sukai hujan

Walau riyuh tapi menentramkan

Baunya yang unik sering saya kangenin

Tetapi hujan sukai sekali bawa masa lalu lewat dibenak

Hujan menyajikan masa lalu pada tempat tinggal dan itu sering

Memang menjengkelkan, saya harus menelan masa lalu berkali-kali

Saya benar-benar capek bila harus mengingati masa lalu dengan situasi yang sedu

Bila saja masa lalu dapat diputuskan untuk berjumpa, karena itu saya akan pilih masa lalu yang hendak membahagiakanku

Bukan masa lalu yang tiba untuk membuatku terpikir dengan cedera

Apa Berita Hujan 

Hujan, apa kabarnya?

Malam hari ini saat kau datang saat itu juga membawaku dalam dimensi lain

Kau mengajak setumpuk masa lalu turun bersamamu untuk mendekatiku

Waktu itu saya sedang cedera dan kaulah yang setia temaniku

Hujan, kau ingat isak tangisku malam itu?

Ku katakan semua padamu dan kau taruh baik ceritaku sampai ini hari

Hujan, kaulah saksi begitu kuatnya saya waktu itu

Sampai ini hari saya dapat berdiri dengan tegak

Terima kasih selalu untuk menyejukan hatiku

Puisi Hujan Datangkan Cinta 

Awalannya, hujan buatku sekadar narasi sendu

Lantas ada tangis yang sama mengguyuri

Berasa melodi yang dimainkan demikian mengiris hati

Mengundang kegetiran akan periode laluku yang pilu

Tetapi, rupanya hujan mendatangkan cinta

Seperti bulirnya yang jatuh ke kepala tanaman dengan kasih-sayang, tetapi juga menghajar

Sekarang saya belajar, jika cinta tiba dengan unik dan classic

Mendadak tiba tanpa aba-aba untuk siapa dan tanpa argumen untuk mengutarakan

Yang terang, cinta datang secara berlainan serta lebih prima karena itu

Memory Tetes Hujan 

Satu helai daun hijau panjang

Tutupi mahkota dari derasnya hujan

Ke arah tempat lautan pengetahuan

Sekian tahun yang lalu

Saat saya duduk di kursi Sekolah Dasar

Memory daun pisang jadi bait cerita haru

Menimpa cerita pada musim penghujan

Basah?

Ayah, derasnya hujan menimpa badanmu

Sekalian menggigil kau pegang tanganku

Terang kelihatan dari tangan kerutanmu

Membimbingku di bawah derasnya hujan

Daun pisang memahat cerita haru

Buat masa lalu cantik tak terhingga

Di antara saya, ayah, dan hujan

Terjerat Hujan 

Pada intinya ia tiba untuk memberikan berita

Walau sebenarnya kenyataannya cuma memberikan hati yang sulit

Saya terjerat dalam hujan yang tidak diharap

Minta kangen tapi cuma dikasih sendu dan pilu

Menambatkan karang sampai tidak terurus

Seakan tidak ada sebatang kayu yang saya capai

Terima kasih atas kehanyutannya yang kau timpakan

Menghempasku sampai terlontar ke dasar jurang

Dan hujan ini kali ada yang lain

Di mana kedinginan ialah selimut terhangat untuk jiwaku yang salah jalan

Puisi Hujan dan Pelangi 

Ini hari hujan tiba benar-benar deras

Tetapi tidak ada pelangi

Kenapa belakangan ini saya kerap memikirkan diriku ialah hujan

Dan kamu ialah pelangi

Iya, saya ialah hujan yang deras yang selalu jatuh berulang-kali tanpa perduli berapa sakitnya yang ku alami

Dan kamu sebagai pelangi yang selalu dinanti saat hujan surut

Pelangi memang cantik, tapi hadirnya cuma beberapa waktu saja

Seperti tersebut saya dan kamu seperti hujan dan pelangi yang selalu terkait tanpa kepastian

Namaku Hujan, Bukan Air Mata

Namaku hujan, bukan air mata

Menjauh bukan kasus kekalahan

Jatuhkan diri pada hati yang resah

Bukanku bersikukuh beralih kalah angan

Tetapi, afeksi masa lampau membalut curam cara

Jujur saja, saya tak ingin bersandiwara

Saya tak kembali menangis karena saya bukan hujan

Walau lembut membasahi jagat semesta

Tetapi kenapa hujan terumuskan duka cita

Terjerat masa lalu dalam salju memory mesra

Dan entahlah kenapa muka ceriaku seakan lupa langkah berbahagia

Kenyataannya memang betul jika cinta itu buta

Gejolak hati melawan pemikiran

Seperti bentrokh menjaga diri

Tetapi bukankan sekarang bahasa cinta yang berperanan?

Karena jauh sesudahnya rasa itu sudah pupus kekal

Musim Hujan Berselimut Duka 

Serangkaian kata khususun jadi aksara

Menceritakan mengenai musim hujan berselimut duka

Di mana senja tak kembali jingga

DI mana mentari malas memperlihatkan muka

Saat itu, langit menangis berlinang air mata

Guntur beretorika tidak dapat ucapkan sepatah kata

Indonesia bersedih

Bapak pluralisme bangsa sudah tidak ada

Air Mata Langit 

Duka semesta tak sanggup kembali meredam tangis

Raungan pecah mencengangkan pertiwi lelap

Teramat dalam duka cita dia tanggung tak terdiri

Demikian pahami mengenai cerminan hati

Masa lalu datang seperti potongan film yang tiba random

Kadang-kadang senyuman tersungging

Ganti air mata deras mengucur

Mencengangkan lamunan meremas dada terkeloyak

Satu massa tumbuh cepat menutup saluran udara

Sesak dan sakit seperti ingin pecahkan paru-paru

Dingin hujan sebeku hatiku

Memory tiba silih ganti tak izinkan istirahat

Semampu apa saya meredam?

Sepanjang hujan turun pada bulan Juli

Air langit tak sentuh bumi, kurasa

Jatuh berhamburan menghujan lempeng ke hatiku

Masa lalu dipaksakan masuk tanpa penyaringan

Temparan-tamparan duka cita menghancurkan ketegasan

Kuat, hatiku kuat

Air hujan memberikan penghidupan

Bisikku menentramkan

Baca juga; Puisi Sumpah Pemuda 3 Bait 4 Baris

Pengingat Perih 

Terpenjara dalam sunyi hujan tak izinkan saya pergi

Sendiri kuamati tiap inchi sarang pelabuhan dalam pengisolasian

Biarkan angganku liar cari sisi asyik untuk diingat kembali

Percepat cara saat masa lalu jelek menegur

Tak saya izinkan ia kacaukan damaiku sekarang ini

Cantik sendiri jadi sisi menarik hidup untuk ku rasakan sendiri

Tanpa kenakan kedok kepura-puraan hujan saya jatuh cinta

Bergantung memory terlewatkan penuhi dinding pembatas saya dan hujan

Dingin hujan dia tanggung tanpa berbisik mengiba

Beberapa berkas daya ingat berseliweran tidak dapat kuatur

Minta diprioritaskan untuk dipikir

Siapa ia yang menegur?

Sisi masa lampau nomor 77

Cincin logam mulia jatuh sentuh ujung sepatu

Dilempang pangeran kodok yang sempat saya cium

Bersama hujan ia usaikan

Istana berputri cantik sudah kutemukan, ucapnya

Terbenam 

Ariel apa namaku sekarang?

Tenggelam dalam dasar laut nestapa tadi malam

Ekor duyung tak membuat saya sanggup jalan jauh

Hujan tenggelamkan hidupku terpisah, asing

Hari kemarin saya burung bersayap lebar

Terbang rendah menciutkan nyali warga bawah

Awan bersih tempat saya berkunjung

Memandang kerdil bumi saya jauh diatasmu

Duduk di atas singgasana bersama raja

Burung Elang 

Kami berkuasa atas langit luas

Untuknya saya madu kembang baru mekar

Ia yang pertama berasa manisnya, ucapnya

Untuknya saya benteng tinggi

Kenyamanan berdima bersama

Saya kepunyaannya selama-lamanya

Ranting ringkih elang menggerakkan jatuh

Hujan turun elang katakan selamat tinggal

Puisi Hujan di Ternate 

Kau tumpah kembali di gelasku

dan saya perlu menyeduh

beberapa sisa teh dari cangkirmu

Malam hari ini, saya kembali

merengkuhmu dalam diam

saat sebelum asap rokok mati dari tanganku

Ada gigil mendadak gurih di ruang ini

melejit keluar jendela

dan kau repot membereskan sesak

Terlalu Cantik 

Tidak kusuka awalnya, tetapi sekarang berlainan

Mensyukuri tiap sisi yang takdir suguhkan

Akseptasi jadikan lebih dewasa, ku rasa

Hujan… bertahanlah semakin lama

Teman dekat Hujan 

Sama-sama beradu saing perlihatkan taring

Garang menghangat dalam dingin siraman hujan

Hujan hanyutkan 100 hari masa lalu dalam diam

Hadirkan jiwa baru penebus gelap masa lampau ku

Daya tarik lain tak pernah terjamah

Mata keinginan akulah arah

Menari Bersama Hujan 

Ajakan itu tak pernah dapat saya menampik

Pergolakan hati, bersorak suka

Anggukan kepala kembali perlu, pertanda persetujuan

Sikatan terampil ajak jari beradu

Telusuri rintik hujan selalu cantik bersamamu

Senyuman ialah sisi langit yang selalu biru

Langkahku langkahmu

Hujan kabarkan kasih kita berseru

Subur kesiram karunia langit

Gemulai selaras dengan tabuhan alam

Basah badan dandanan keelokan bagiku

Mata-mata penuh bingung jadi tepok tangan ditelinga bebal kita

Mengapa harus saya pikir masalah mereka

Suka, hujan gabungkan langit dan bumi terpisah jauh

Rayakan kenyamanan mereka

Saya dan kamu menari di bawah hujan

Dunia Baru 

Hujan

Luar biasa retakkan kulit bumi demikian kuat

Buka gerbang besi dengan tebal lengan kami penuh pengamanan

Fenomena tiba buat mereka yang tidak mudah menyerah

Mengurangi perlahan-lahan merusak pertahanan

Ia terselinap saya dapatkan

Datang membius, putri menarik molek rupa

Rambutnya saluran sungai tenang bercahaya

Terikat hijau sejukkan panas jiwa

Halus dunia baru mengucapkan terima kasih

Mistis surga baru kepulauan negeriku

Seperti Hujan 

Mereka ngomong saya aneh…

Karena saya selalu menanti air turun dari langit

Mereka ngomong saya edan

Karena suka menceritakan pada hujan

Mereka selalu menjauh saat rintik menegur

Sementara saya selalu menyambutnya dengan ria

Kau betul mengenai hujan, ada wewangian tanah yang tersentuh

Dan selalu mengunggah rasa kangen di antara kita

Saya berharap kau tahu pernah lupa pada hujan yang menghadapkan kita

Saat bersama tersenyum melihat langit hitam dan derasnya hujan

Kau sampaikan saya jadi seperti hujan pada malam hari

Atas keinginan dan rinduku pada seorang

Yaaah…

Hujan tak pernah capek turun walau malam

Dan tak juga menginginkan hadirnya pelangi

Puisi Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tegar dari hujan Bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya ke pohon berbunga itu

Tidak ada yang lebih arif dari hujan Bulan Juni

Dihapusnya tapak kaki yang sangsi di jalan itu

Tak ada yang lebih bijak dari hujan Bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terkatakan diserap akar pohon bunga itu

Puisi Hujan 

Pada hujan yang hadirnya bising

Saya di sini memperhatikan tiap bulirnya

Dahulu saya mengulas hujan tanpa tahu rasanya kehujanan

Dahulu saya agungkan hujan tanpa tahu gigilnya seperti apakah

Dan dahulu saya menyenangi hujan tanpa tahu ada kangen selipan didalamnya

Saat ini saya nyaris pahami jika hujan untuk dirasa

Bukan hanya disaksikan lalu ditanggapi atas nama cinta

Saat ini saya berani bawa payung yang ucapnya membuat perlindungan dari hujan

Saat ini saya sukai lari dan menyanyi di bawah hujan

Agar ini saja

Agar saya menyanyi, lari sampai hujan jadi surut

Hujan Paling akhir Dalam Daya ingat 

Saya sebetulnya tak pernah ikhlas biarkan badanmu dipeluk kemarau

Debu-debu beterbangan mimpi jadi burung

Burung mengemaskan sayapnya menunggu sinar lindap

Sering saya tidak berhasil dekap bayang-bayang yang jemu jalan ada di belakang

Ku pandangi ia, tak ada balasan hidup seperti bertepuk samping tangan

Suara Hujan 

Saya selalu menyenangi mata kecilmu

Menenggelamkan diriku lama-lama

Berkaca-kaca dalam bicara

Demikian manis dan memperkuat jiwa

Masih sama dengan dahulu

Kamu sisi hujan terindahku

Dalam daya ingat beberapa tahun itu

Kau ialah bintang terindahku

Yang saya kangenin saat hujan tiba

Kau ialah mimpi terindahku ketika saya capek sesudah hadapi dunia

Tiap hal kecil di diri ini ialah semua tentangmu

Kamu yang ku perjuangkan dengan utuh

Walau diri kamu melalui benar-benar datar

Hujan tetap saja sama jadi cerita bersedih tinggalkan pedih

Masih tetap membekas kenang kembali dalam hati

Saya teriak benar-benar keras di sejauh jalanan kota

Mengharap supaya kau kembali di sini

Meredammu semakin lama saat sebelum hujan pergi

Sebagai sandaranmu saat berlindung

Waktu gerimis makin menderas

Menyeka air mata bersatu dengan hujan

Menyengaja kau menyembunyikan semua dalam hati

Rupanya saya benar-benar bodoh

Saya ialah orang bodoh yang mengerjarmu sepanjang itu

Rupanya saya masih tetap kekanak-kanan tidak ingin usaha pahami mengenai diri kamu

Kurasa saya benar-benar aneh karena menyenangimu

Jujur saja saya benar-benar susah rasakan cinta seseorang selainnya diri kamu

Sampai sekarang ini kau ialah kau ialah argumen duniaku jadi lebih cantik

Biarlah saya terus menyenangimu sampai kau betul-betul jadi punyaku

Puisi Hujan Malam Ini 

Kepergianmu seolah mengambil isi hatiku

Dari kuntum kangen sampai tidak suka kau buat jadi satu

Lalu dengan tenang kamu buang ke bentangan biru

Ya, sebuah lokasi yang tak kemungkinan saya incar

Jika kemungkinan, saya ingin kembali lagi ke periode kita dahulu

Dan mengganti takdir sampai tak mengenali kamu

Dibanding harus cumbu mesra tanpa punyai ragamu, saya dapat apa?

Sejuta sesal tak akan membuat kamu rekah kembali padaku

Saat hujan seperti malam hari ini, sendiriku makin pekat saja

Ia seperti kamu dahulu, makin kuat jika hujan datang

Sendiriku antara kangen dan tidak suka, mengambang tenang antara ke-2 nya

Demikian tenang, sampai rekanan bibir wanita lain seolah tak memiliki makna

Puisi Hujan dan Perjalanan 

Hujan datang di tengah-tengah perjalananku

Dia turun seperti papan seluncur pada musim salju

Kedinginanku menyodok antara derasnya

Saya bertahan menanti payungmu

Saya masih menanti payungmu

Sampai saat pelangi mulai tersenyum

Hujanpun menjauh,,,

Dan akan ku teruskan perjalanan ini tanpa perlu sebuah payung

Rintik Kangen Novena

Helai ke enam, kumulai kembali dengan mengingatmu

Mengenai rinduku yang belum tersampaikan

Saat recik-percik gerimis menyapaku

Antara wewangian remahan tanah yang basah

Begitu susahnya itu

Demikian berat meredam lajunya…

Entahlah, di rintik keberapa

Ku ‘kan melafalkan bayangmu

Membahasakan senyumanmu waktu itu

Di sini juga masih berasa sama

Hampa, sama ketersendirian ini

Sampai tak mampu kembali, hatiku meredam keingkaran ini…

Seandainya saja sanggup

Menepis pergerakannya waktu

Seandainya saja waktu itu

Tak bersumpah untuk membencimu

Rintik Hujan 

Di bawah rintik hujan saya dengan senang teteskan air mata

Air mata yang tetap mengucur menangisi hal yang tidak lumrah

Entahlah kenapa saya nyaman sekali dengan hujan

Hujan ialah saat yang pas untuk menyampaikan permasalahan

Rintik hujanpun sanggup membuat sejuk hati

Sampai tak berasa air hujanpun turut stop tuliskan saya stop teteskan air mata

Apa hujan ditakdirkan tiba untuk pahami hati orang?

Mudah-mudahan saat angan-anganku yang konyol ini betul-betul realita

Hingga saya tetap mengadu hati ke hujan

Saya mengharap, saat puisi hujan ini saya lontarkan mudah-mudahan hujan ingin jadi temanku

Hujan memang bawa mendung dan membuatku sulit melancong

Tetapi saya suka dengan hujan, air yang membasahi selainnya membuat berbahagia tapi juga membuat saya lupa dengan permasalahan

Permasalahan yang remeh s/d permasalahan yang besar sekalinya

Sampai saya dewasa, saya tetap jadi rekan hujan

Ceritaku dan Hujan

Dalam ayunan cara, yang makin lamban

Dalam helaan napas, yang makin dalam

Dalam desir angan, yang semakin menjauh

Dalam desah hati, yang semakin membiru

Entahlah berharap, entahlah khayal yang dipegang

Entahlah duka, entahlah sukai yang dikecap

Cuma tetes hujan yang memahami

Cuma tetes hujan yang menjawab

Dalam biru yang semakin bersatu

Di derasnya tetes hujan

Tak ada kata yang terkata

Tetapi selaksa arti terjawab

Ceritaku sama dengan hujan

Tiba dan pergi tanpa pamit

mengembuskan harapan dan nestapa

Sampai cuma dingin yang masih ada

Langit Mendung Dua Kota di Pagi Hari 

Langit di kota Tapis ini kelihatan gelap

Kelompok awan gelap mulai tutupi langit biru

Apa kabarnya langit di Minggu Baru

Apa masih derai hujan itu

Masihkan cuaca dingin menyerang tulang itu

Apa masih kubangan air di jalan penuh lubang itu

Saya tak tahu beritanya

Langit di Minggu Baru pada pagi hari

Benar-benar saya tak tahu

Mengenai apa yang terjadi di bawah langit Minggu Baru

Apa masih hujan deras itu

Atau mungkin langit hitam menaungi langitnya

Tak ada yang kuingat dengan tentu dan terang

Selainnya diri kamu

Ya, betul-betul tak ada yang kuingat

Selainnya kamu

Selainnya muka manismu

Selainnya ke-2 kelopak mata sipitmu itu

Selainnya cantiknya senyuman di bibirmu

Yang merekah

Warna merah muda

Akankah kau di situ

Melihat langit hitam yang serupa

Melihati awan mendung yang serupa

Atau mungkin langit di ke-2 kota berlainan

Kembali lagi saya tak tahu-menahu

Mengenai apa saja

Kembali kembali saya tak ingat apa saja

Selainnya diri kamu

Selainnya apa yang telah ada kepadamu

pacarku

Saya Kangen Hujan 

Saya kangen hujan

di setiap tetesan;

pada matamu

langit keheningan

saya kangen hujan

di setiap recikan;

pada detakmu

deru kesunyian

saya kangen diri kamu

di setiap hujan;

pada namamu

menderas kangen

Saat Rindumu

Rindumu ialah menemu sunyi

seperti gerimis menemui tangis

sama puisi;

sebait kata dalam tubuh sepi

dirinya

rindumu ialah menemu sunyi

seperti detak pada tubuh sajak

sama bunyi;

rima yang tak henti-henti

menyeru namanya sendiri

Simfoni Hujan 

Hujan

Saat kau tiba

Deru lembut yang keras

Suaramu seperti nada-nada dan Irama yang disimfonikan

Hujan

Teruslah di sini

Temani daun yang merunduk

Hias alam awal dengan warna jernihmu

Sampai alunan rintik-rintik

Pancarkan keelokan

Hujan

Datangmu menarik

Menggoyangkan jiwa individu

Saat dentingan manja kau pancarkan

Demikian puisi pendek tentang hujan malam dingin yang bisa kalian bacakan untuk menyambut musim hujan.

Post a Comment for "Puisi Pendek Tentang Hujan Malam Dingin"