Katak dan Kodok
Katak dan Kodok |
Badannya dipenuhi benjolan, berwarna kurang badan berlendir, dan menarik. Bahkan juga tipe tertentu punyai berbau yang menyengat. Belum juga dogma air seninya yang bisa mengakibatkan kebutaan. Oleh karena itu, satwa ini kurang memikat untuk beberapa orang.
Apa lagi golongan udara, baru dengar namanya saja telah menjerit atau lari sebab menganggap jijik atau geli.
Warga pemula masih memandang sama di antara Kodok "toads" dan katak "frog ".Mereka memang satu bangsa "Anura", tetapi ke-2 hewan ini berlainan loh sobat. Lantas bagaimanakah kita membandingkan ke-2 nya ?.
Kodok memiliki tubuh lebar dan besar, kulit kering, tebal dan kasar dan kaki relatif pendek. Saat melonjak kodok tidak begitu jauh.
Apa perbedaan antara kodok dan katak?
Apakah katak puru beracun?
Apa klasifikasi dari katak?
Katak makan apa saja?
Bahkan juga bisa diketemukan sampai ketinggian tertentu. Dapat disebutkan hewan ini gampang menyesuaikan dan tahan pada "disturbansi" sekelilingnya. Tipe kodok yang kerap kita temui yaitu Kodok buduk "Bufo melanostictus" dan Kodok puru-besar "Bufo asper ".
Berlainan dengan kodok, katak memiliki tubuh langsing dengan kulit basah atau lembab, berlendir, lembut dan tipis.
Katak memiliki kaki lebih panjang, hingga bisa melonjak lebih jauh. Disamping itu, kaki belakangnya berselaput terang hingga beberapa macam ialah perenang ulung.
Katak banyak memiliki tipe yang menempati habitat tertentu. Misalkan Katak sawah "Fejervarya cancrivora" menempati habitat sawah berlumpur. Atau Katak pohon "Polypedates leucomystax" yang menempati batang-batang pohon tinggi.
Seringkali sembunyi dibalik kulit pohon atau dedaunan. Ada juga Bangkong tuli "Limnonectes kuhlii", kita cuma menemui di antara batu-batuan pada sungai yang bersih dan tidak terkontaminasi di pegunungan.
Dan satu kembali Katak serasah "Leptobrachium hasseltii" yang komunitasnya di lantai hutan. Umumnya sembunyi di beberapa lubang kayu yang serasah kering dan lapuk.
Sudah mengetahui kan ketidaksamaan di antara katak dan kodok. Selainnya kemunculan, rupanya ada juga amphibi yang hidup di habitat tertentu yang tidak tercemar.
Sehubungan ini hari ialah Hari Perduli Sampah Nasional, yok kita menjaga lingkungan kita dari sampah khususnya sampah plastik. So silahkan ketahui dan menjaga satwa dan komunitasnya secara baik dan benar.
Katak disebut tama pemakan serangga yang hidup di air tawar atau di dataran, berkulit licin, warna hijau atau merah kecokelat-cokelatan, kaki belakang lebih panjang, pandai melompat dan berenang; dan kodok, nama lain dari bangkong (bahasa Inggris: toad), mempunyai kulit yang kasar dan berbintil-bintil atau berbingkul-bingkul, seringkali kering, dan kaki belakangnya kerap pendek saja, hingga umumnya bangsa kodok kurang pandai melompat jauh.
Kehidupan Kodok dan Katak
Kodok dan katak memulai hidupnya sebagai telur yang ditempatkan induknya di air, di sarang busa, atau di beberapa tempat basah lainnya.
Beberapa macam kodok pegunungan simpan telurnya antara lumut-lumut yang basah di pohon-pohonan.
Sementara tipe kodok rimba lainnya memercayakan telurnya di punggung kodok jantan yang lembap, yang hendak selalu jaga dan membawa sampai menetas bahkan juga sampai jadi kodok kecil.
Sekali bertelur katak dapat hasilkan 5000-20000 telur, bergantung dari kualitas induk dan berjalan sekitar 3x dalam setahun.
Telur-telur kodok dan katak menetas jadi berudu atau kecebong (b. Inggris: tadpole), yang memiliki tubuh serupa ikan gemuk, bernapas dengan insang dan sepanjang beberapa lama hidup di air.
Pelan-pelan akan tumbuh kaki belakang, yang selanjutnya dituruti dengan tumbuhnya kaki depan, lenyapnya ekor dan gantinya insang dengan paru-paru.
Sesudah periodenya, berudu ini akan melonjak ke darat sebagai katak kecil atau kodok.
Kodok dan katak kawin pada saat-saat tertentu, misalkan di saat bulan mati atau pada saat mendekati hujan.
Pada waktu itu kodok-kodok jantan akan berbunyi-bunyi untuk panggil betinanya, dari tengah perairan atau pinggiran.
Beberapa macamnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya limnocharis) dan kintel rekat alias belentung (Kaloula baleata), sering membuat ‘grup nyanyi', di mana beberapa hewan jantan bergabung bersisihan dan mengeluarkan bunyi bersahut-sahutan.
Suara keras kodok dibuat oleh kantung suara yang berada disekitaran lehernya, yang hendak menggembung besar pada saat dipakai.
Pembuahan pada kodok dilaksanakan di luar badan. Kodok jantan akan menempel di punggung betinanya dan merengkuh kuat ketiak sang betina dari belakang.
Sekalian berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan menggairahkan pengeluaran telur.
Di saat yang bertepatan kodok jantan akan melepas spermanya ke air, hingga dapat membuahi telur-telur yang dikeluarkan sang betina.
Komunitas dan makanan
Kodok dan katak hidup menebar luas, khususnya di wilayah tropis yang bersuhu panas.
Semakin dingin tempatnya, seperti pada atas gunung atau di wilayah bermusim empat (temperate), jumlah tipe kodok condong makin sedikit.
Satu diantaranya adalah karena kodok terhitung hewan berdarah dingin, yang memerlukan panas dari lingkungannya untuk menjaga hidupnya dan jaga metabolisme badannya.
Hewan ini bisa dijumpai dimulai dari rimba rimba, padang pasir, tepi-tepi sungai dan rawa, perkebunan dan sawah, sampai ke lingkungan pemukiman manusia.
Bangkong kolong, misalkan, sebagai salah satunya tipe katak yang sering dijumpai di pojok-pojok rumah atau dibalik pot di halaman.
Katak pohon menempati beberapa pohon rendah dan semak ilalang, khususnya disekitaran aliran kolam atau air.
Kodok memakan beragam tipe serangga yang dijumpainya. Kodok sering dijumpai berkerubung di bawah cahaya lampu jalan atau taman, menangkap serangga-serangga yang tertarik oleh cahaya lampu itu.
Kebalikannya, kodok dimakan oleh beragam tipe makhluk lainnya: ular, kadal, burung-burung, seperti bangau,elang, ganasan, linsang, dan dimakan manusia.
Kodok bela diri dengan melonjak jauh, keluarkan lendir dan toksin dari kelenjar di kulitnya; serta ada yang hasilkan seperti lendir pekat yang lekat, hingga mulut pemangsanya akan menempel sulit dibuka dan kuat.
Katak dan Kodok Berkembang Biak
Di saat mereproduksi katak dewasa akan cari lingkungan yang berair. Disitu mereka menempatkan telurnya untuk dibuahi secara external.
Telur itu berkembang jadi larva dan cari gizi yang diperlukan dari lingkungannya, selanjutnya berkembang jadi dewasa dengan wujud badan yang memungkinkan hidup di darat, sebuah proses yang dikenali dengan metamorfosis.
Tidak seperti telur reptil dan burung, telur katak tidak mempunyai selaput embrio dan cangkang. Kebalikannya telur katak cuma diproteksi oleh kapsul mukoid yang paling permeabel hingga telur katak harus berkembang di lingkungan yang paling berair atau lembap.
Kodok dan Manusia
Sudah lama kodok dikenali manusia sebagai salah satunya makanan sedap. Di beberapa rumah makan Tionghoa, masakan kodok populer bernama swie kee.
Disebutkan 'ayam air' (swie: air, kee: ayam) begitu karena paha kodok yang renyah dan berdaging putih mengingati pada paha ayam.
Disamping itu, di sejumlah tempat di Jawa Timur, telur-telur kodok tertentu diolah dan disajikan dalam rupa pepes telur kodok.
Katak berperanan penting sebagai tanda pencemaran lingkungan.
Beberapa Jenis Kodok dan Katak
Beberapa macam kodok yang biasa didapat di Indonesia, salah satunya ialah
- bangkong bertanduk (Megophrys montana), di pegunungan
- bangkong serasah (Leptobrachium hasseltii), di rimba
- bangkong sungai (Phrynoidis asper), disekitaran sungai
- bangkong kolong (Duttaphrynus melanostictus), di lingkungan rumah
- belentung (Kaloula baleata)
- kongkang kolam (Chalcorana chalconota), disekitaran kolam, aliran air dan sungai
- kongkang gading (Hylarana erythraea), di kolam dan telaga
- bancet hijau (Occidozyga lima), di sawah-sawah
- kodok tegalan (Fejervarya limnocharis), di sawah dan tegalan
- kodok sawah (Fejervarya cancrivora), di sawah dan pematang
- kodok batu (Limnonectes macrodon), disekitaran sungai dan aliran air di kebun
- katak-pohon bergaris (Polypedates leucomystax), di dekat kolam dan kubangan di kebun
- percil jawa (Microhyla achatina)
- kongkang toksin (Odorrana hosii), di sumber air berarus
- kodok-puru rimba (Ingerophrynus biporcatus)
- katak kepala-pipih kalimantan (Barbourula kalimantanensis), dengan status terancam kemusnahan, salah satu kodok yang tidak berparu-paru
bangkong tuli (Limnonectes kuhlii), di pinggir sungai atau saluran air
Berikut beberapa macam kodok yang dengan status krisis dan terancam di Indonesia.
- kodok merah (Leptophryne cruentata), dengan status krisis, endemik Jawa Barat
- kodok pohon ungaran (Philautus jacobsoni), krisis, endemik rimba Jawa tengah
- kongkang jeram (Hula masonii), dengan status rawan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
- kodok pohon mutiara (Nytixalus margaritifer), rawan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
- kodok pohon kaki putih (Philautus pallidipes), rawan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
- kodok pohon jawa (Rhacophorus javanus), rawan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
- Bufo valhallae, endemik di Pulau Weh.
Tingkat pencemaran lingkungan di suatu wilayah bisa disaksikan dari jumlahnya komunitas katak yang bisa diketemukan di wilayah itu.
Background pemakaian katak sebagai tanda lingkungan karena katak sebagai salah satunya makhluk purba yang sudah ada sejah beberapa ribu tahun lalu.
Jadi katak masih tetap hidup dengan peralihan cuaca bumi. Tentu saja cuma dampak manusialah yang kemungkinan mengakibatkan terancamnya komunitas katak.
Satu diantaranya ialah pembuangan sampah beresiko oleh manusia ke alam. Sampah beresiko berikut yang dapat memberikan ancaman kehadiran katak pada wilayah yang tercemar.
Disamping itu, karena keutamaan posisi katak dalam rantai makanan, karena itu pengurangan jumlah katak akan mengakibatkan terusiknya dinamika perkembangan predator katak.
ciri-ciri katak, kelas katak, habitat katak, ordo katak, spesies katak, makanan katak, katak dan kodok, kebiasaan katak.
Bahkan juga terusiknya komunitas katak bisa berpengaruh langsung dengan musnahnya predator katak.
Namun yang lebih memberikan ancaman kehidupan Katak dan Kodok sebetulnya ialah aktivitas manusia yang banyak menghancurkan komunitas alami kodok, seperti hutan-hutan, sungai dan rawa-rawa.
Apa lagi sekarang pemakaian pestisida yang semakin makin tambah meluas di sawah-sawah menghancurkan telur-telur dan berudu katak, dan menyebabkan cacat pada angkatan kodok yang berikutnya.
Post a Comment for "Katak dan Kodok"